Wednesday, December 03, 2008

Karena Cinta tidak selalu harus berbentuk bunga

Pasangan saya adalah seorang Insinyur, Saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif juga berperasaan halus, saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.

Rasa sensitifnya kurang, Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.Suatu hari saya beranikan diri untuk menyatakan keputusan saya kepadanya bahwa saya menginginkan perceraian, “mengapa”?, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan”

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan utk merubah pikiranmu?”. Saya menatapnya dalam-dalam Dan menjawabnya dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.

Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”

Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret-coretan tangannya, dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan.. “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan saya untuk menjelaskan alasannya”.

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya, saya melanjutkan untuk membacanya.

“Kamu bisa mengetik di computer dan selalu mengacaukan program di-PC nya, dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.”

“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika kamu pulang.”

“Kamu suka jalan-jalan keluar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menuggu dirumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu.”

“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat badanmu yang pegal.”

“Kamu senang diam dirumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’, dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu dirumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.”

“Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolongmu menggunting kukumu dan mencabut ubanmu.”

“Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.”

“Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.”

“Sayangku, saya tahu ada banyak orang yang bisa lebih mencintaimu daripada aku, untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki dan mata yang lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya, dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.

“Dan sekarang sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan jawaban ini, dan tetap menginginkanku tetap tinggal dirumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.”

“Jika kamu tidak puas sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.”

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri didepan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh! kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku. Itulah cinta, disaat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud yang lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.


Karena cinta tidak selalu harus berbentuk “Bunga”.

No comments: